Designers Dispatch Service 2018
— Desa Riangkemie, Kec. Larantuka, Kab. Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dikenal sebagai manuskrip sedari generasi nenek moyang kita, daun lontar erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Flores Timur lewat kerajinan kipas genggam, keranjang, gayung, dan Sasando.
DDS 2018 bekerja bersama Bernard Mado Molan, seorang tokoh masyarakat yang akrab disapa Papa Duos. Bersama dengan istrinya, seorang pengrajin asal Flores Timur yang konsisten dalam memberdayakan warga lokal serta isu ramah lingkungan, mereka berdua mengembangkan Ria’s Bag.
Rasa percaya diri pengrajin dalam mengembangkan produk perlahan terbangun secara bertahap lewat diskusi yang nyaman serta proses memahami kesulitan teknis yang dihadapi, sehingga pengembangan produk dapat dimulai dari apa yang sebelumnya biasa mereka kerjakan.
Wulan Series tercipta dari rasa saling percaya melalui penggabungan teknik anyaman daun lontar dengan teknik pewarnaan alam khas yang dikembangkan oleh Papa Duos serta pengolahan tumbuhan di lingkungan sekitar, seperti akar noni, kayu jati dan daun indigofera.
Terlepas dari keberhasilan ekspor, Papa Duos merasa program ini sangatlah penting dalam proses pengembangan produk, terutama dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia dan alam di daerahnya. Selain itu, pengetahuan mengenai target pasar juga dianggap penting, mengenai siapa yang menggunakan produk yang mereka hasilkan. Silaturahmi terjalin, Papa Duos sudah menganggap desainer seperti keluarga sendiri, walau dengan frekuensi pertemuan yang sangat singkat.
Tahun lalu, Ria’s Bag berpartisipasi dalam XVII Festival de Artesanias de America CIDAP 2019 di Cuenca, Ekuador.
Designers Dispatch Service (DDS) merupakan program pendampingan antara desainer dan pelaku usaha dalam menciptakan prototipe untuk pasar ekspor yang diusung oleh Indonesia Design Development Center (IDDC) yang berada dalam pengawasan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.