Pengaruh Pergerakan Mingei pada Desain Modern Jepang
— Dialog Desain Vol. 003
Speakers
Meirina Triharini, Ph.D.
Design Ethnography Lab, KKMDPI FSRD ITB
Moderator
Prananda L. Malasan, Ph.D.
Date
Rabu, 3 Juni 2020, 15.00 - 16.30
Location
Zoom
Meirina Triharini, Ph.D.
Design Ethnography Lab, KKMDPI FSRD ITB
Moderator
Prananda L. Malasan, Ph.D.
Date
Rabu, 3 Juni 2020, 15.00 - 16.30
Location
Zoom
Mingei Movement adalah sebuah pergerakan yang diprakarsai oleh Soetsu Yanagi pada akhir 1920an sebagai bentuk kritik terhadap kondisi Jepang yang saat itu berada di puncak industrialisasi, serta pengaruh nilai-nilai yang begitu kuat dari dunia Barat pada kehidupan masyarakat Jepang setelah era Restorasi Meiji. Mingei merupakan singkatan dari minshuutekina kougei yang berarti folk craft atau people's craft. Melalui teori Mingei, Soetsu mengangkat prinsip-prinsip untuk melihat “keindahan” dari objek keseharian yang dibuat oleh para artisan yang merupakan orang biasa, pengutamaan fungsi produk untuk menjawab kebutuhan keseharian, serta pentingnya nilai-nilai kelokalan dalam sebuah objek. Meskipun telah lama berlalu, prinsip-prinsip Mingei banyak mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat dan nilai-nilai estetik desain modern Jepang hingga saat ini.
Lalu, bagaimana Soetsu dapat menyebarkan prinsip-prinsip Mingei sehingga dapat menjadi pergerakan yang sangat masif? Apa dan bagaimana pengaruh prinsip-prinsip teori Mingei pada desain modern Jepang? Bagaimana kritik-kritik terhadap teori Mingei, yang dianggap terlalu menyeragamkan kriteria keindahan terhadap nilai keberagaman yang terdapat di berbagai tempat di Jepang?
Pembicara kali ini adalah Meirina Triharini, Ph.D. yang memiliki minat studi pada praktik kerajinan dan desain dengan melakukan penelitian etnografi di berbagai desa artisan di Indonesia dan Jepang. Meirina menyelesaikan studi doktoral dari Graduate School of Human and Socio-Environmental Studies di Kanazawa University pada tahun 2015 dengan disertasi berjudul: Preserving Tradition in Craft Design Development (Case Studies: Yamanaka Lacquerware, Japan and Tasikmalaya Bamboo Weaving, Indonesia). Saat ini Meirina bekerja sebagai kepala Design Ethnography Lab dan dosen di Program Studi Desain Produk ITB.
Lalu, bagaimana Soetsu dapat menyebarkan prinsip-prinsip Mingei sehingga dapat menjadi pergerakan yang sangat masif? Apa dan bagaimana pengaruh prinsip-prinsip teori Mingei pada desain modern Jepang? Bagaimana kritik-kritik terhadap teori Mingei, yang dianggap terlalu menyeragamkan kriteria keindahan terhadap nilai keberagaman yang terdapat di berbagai tempat di Jepang?
Pembicara kali ini adalah Meirina Triharini, Ph.D. yang memiliki minat studi pada praktik kerajinan dan desain dengan melakukan penelitian etnografi di berbagai desa artisan di Indonesia dan Jepang. Meirina menyelesaikan studi doktoral dari Graduate School of Human and Socio-Environmental Studies di Kanazawa University pada tahun 2015 dengan disertasi berjudul: Preserving Tradition in Craft Design Development (Case Studies: Yamanaka Lacquerware, Japan and Tasikmalaya Bamboo Weaving, Indonesia). Saat ini Meirina bekerja sebagai kepala Design Ethnography Lab dan dosen di Program Studi Desain Produk ITB.
Video by courtesy of Design Ethnography Lab