Peran kurator tidak hanya terbatas pada aktivitas memperoleh, mengumpulkan, dan membuat katalog, namun juga mencakup pembuatan materi yang dapat menginterpretasikan karya seni sebagai informasi kepada masyarakat luas. Seorang kurator dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai seni serta menjadi perantara bagi institusi, seniman, kolektor, dan masyarakat.

Di Indonesia sendiri, praktik kurasi terus berkembang seiring dengan perkembangan infrastruktur lembaga-lembaga budaya, baik dari pemerintah, lembaga-lembaga nirlaba maupun sektor privat. Lalu apa saja ruang lingkup praktik kurasi tersebut?

Jika selama ini praktik kurasi dikenal secara umum di bidang permuseuman, galeri, pameran seni rupa, lalu bagaimana praktik ini dikenal, dan bagaimana peluangnya dalam bidang desain, khususnya di Indonesia? Dengan pengalamannya sebagai kurator di bidang Seni Rupa, Dr. A. Rikrik akan mengelaborasikan pengalamannya untuk melihat peluang-peluang lain dari praktik kurasi untuk bidang desain di Indonesia.

Dr. A. Rikrik Kusmara, M.Sn saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung dan aktif menjadi kurator sejak tahun 2006.